Aku Begitu Menyayangimu

Monday, November 24, 2008 |


Mengenalmu merupakan hal yang paling sangat spesial bagiku.
hariku pun menjadi hari-hari yang tidak seperti yang kurasakan sebelumnya.
aku sangat berterimakasih kepada Tuhan karena dihadirkannya kamu dalam hidupku.
yang kupikirkan saat ini adalah membuatmu bahagia.
aku sangat tidak ingin menyakitimu, aku ingin mengerti kamu, aku ingin membentukmu.
aku telah menjadikan kamu bagian dalam hidup aku, itu berarti
aku menerima kamu apa adanya kamu, menerima semua kelemahan dan kekurangan kamu.
aku menjadikan rasa tulusku ini, sebagai landasan cintaku.
aku berharap kamu mengerti itu semua..
semua yang aku lakukan selama ini hanya untuk kebaikan kamu.
untuk semua harapan kamu.
untuk arti diri kamu.
untuk cita-cita kamu.
untuk menjadikan kamu lebih dewasa dan bijak.
UNTUK KAMU ITU SAJA

begitulah caraku menyayangimu.

SAYANGKU.

AKU

Saturday, November 8, 2008 |

Disini di dunia ini aku dilahirkan
Banyak hal yang ku alami yang sangat sulit untuk dilihat dengan ketidakseimbangan logika


Aku berlari – lari mencari tujuan hidupku,
Setiap hari aku mendengar “ carilah apa yang kamu cari, jangan pernah berlari meninggalkan lingkaranmu. Lingkaranmu sekelilingmu adalah tempatmu. Tempatmu adalah tujuan hidupmu, tempat-tempat itu belum sempurna begitu juga kau. Isilah tempat itu jadikan lebih berarti, karena tempat-tempat itu akan menjadikanmu lebih bermakna.
Lalu aku bertanya apa sebenarnya tempat itu ?
Apa yang harus aku lakukan ?


Hati ini lalu berkata “ wahai ragaku, kamu tahu kenapa ada banyak makhluk di dunia ini, ada beberapa macam keistimewaan dan kelemahan dari masing-masing makhluk itu !


Logika ku mengatakan “ aku secara empiris tidak dapat membuktikan kebenaran suara-suara itu


Lalu aku bertanya kepada frater kesayanganku “ frater, sebenarnya apa yang terjadi pada jiwa seseorang, hingga ia tidak dapat merasakan kebahagiaan yang sejati. Padahal semua yang ada di dunia ini sudah aku miliki melebihi keinginanku ?


Frater pun menjawabku “ anakku, coba kamu renungkan....
Dimana kamu lihat pelangi......
Mengapa bunga kecil dipinggir jalan lebih indah daripada mawar di istana raja.........
Apa kamu belajar tanpa seorang guru.....
Ada begitu banyak hal disekililingmu.. apa kamu memperhatikannya ? mereka melihatmu...



Lalu frater menambahkan “ hei....., anakku jangan menangis
Jangan pernah menyesali apa yang terjadi padamu
Bukankah Hidupmu sekarang ini sangatlah di penuhi berkah TUHAN



Aku bertanya “ lalu kenapa aku tetap merasa risau yang tanpa alasan, apa TUHAN benar-benar sayang sama aku. Memang aku diberi banyak hal yang menyenangkan di dunia ini tapi kenapa Ia juga memberi aku kegelisahan ?


Dengan tersenyum frater bilang “ TUHAN tidak pernah mengkhususkan pemberiannya kepada manusia, IA selalu memberikan semua itu kepada semua makhluknya.... , tapi cara yang IA gunakanlah yang sungguh mulia. IA menitipkan kepada kita untuk kita berikan kepada yang lain, dan kita akan menerima juga dari yang lain. Kamu pasti bahagia


Secara empiris memang sulit..........
Tapi dapat disimpulkan semua yang dimaksud adalah


KASIH

Terjawab sudah semua pertanyaan hidupku
~Aku melihat pelangi diatas kepala orang lain..
~Bunga mungil lebih indah daripada mawar di istana raja karena ia dapat dicium harumnya, dinikmati indahnya oleh semua orang yang melewatinya...
~kita selalu belajar dari orang lain dan kesalahan kita....
~Aku terlalu banyak melihat diriku sendiri....

Lakukan yang apa yang kamu bisa untuk membantu sesamamu, karena itulah tempat kebahagiaan yang kamu cari.......

HARI RAYA IDUL FITRI

Friday, September 26, 2008 |


Optimisme Dalam Berdoa

Sunday, September 21, 2008 |


Rasulullah SAW bersabda, ''Apabila seorang di antara kamu berdoa, janganlah dia berkata, 'Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau sudi.' Tetapi, bersungguh-sungguhlah dalam memohon. Dan, mohonlah perkara-perkara yang besar dan mulia (surga atau pengampunan) karena Allah tidak ada sesuatu pun yang besar bagi-Nya dari apa yang telah dianugerahkan.'' (Shahih Muslim No 4838).

Berdoa ibarat pedang bagi seorang Muslim. Ia menjadi alat pelindung bagi siapa pun yang memerlukan. Sederhananya, doa adalah alat untuk menjembatani semua pengharapan dan permintaan hamba pada Tuhannya. Layaknya sebuah bahasa, doa adalah salah satu jenis percakapan antara hamba dan Tuhannya. Ia menghubungkan ketidakberdayaan hamba dan kemahakuasaan Allah. Tentu saja, karena begitu sakralnya, doa berbeda dengan percakapan umumnya. Ia memiliki tata cara, adab, serta etika yang harus dilakukan. Salah satu etika yang harus dilakukan dalam berdoa adalah optimisme dalam berdoa.

Rasulullah melarang kita untuk berdoa dengan lafal yang menunjukkan pesimisme seperti dalam hadis di atas. Walau bisa jadi pelafalan doa itu bermaksud untuk menunjukkan ketidakberdayaan seorang hamba, jangan sampai membuat nuansa bahwa Allah tidak memiliki kehendak untuk mengabulkan apa pun.

Optimisme dalam berdoa pun sering kali ditunjukkan pula dengan seberapa penting dan besar sesuatu yang diminta. Islam mengajarkan etika kepada kita agar meminta dan berharap akan perkara-perkara yang besar, seperti pengampunan dosa dan pengharapan surga. Hal itu menunjukkan seorang hamba mengerti bahwa doa merupakan dialog penting untuk meminta dan berharap hal-hal yang penting pula.

Tidak semua masalah harus dikemukakan. Namun, berharap agar bisa menyelesaikan masalah adalah lebih baik. Tidak semua harapan diutarakan, tetapi meminta agar merasa cukup adalah lebih baik. Sederhananya, setiap hamba memiliki kebutuhan dan harapan, tetapi tidak setiap kebutuhan dan harapan layak untuk dijadikan permintaan dalam berdoa. Begitulah semangat optimisme berdoa yang harus dibangun sehingga nuansa berdoa tidak hilang karena pesimisme kita atau karena kerdilnya permintaan-permintaan kita. Wallahu a'lam.

Yakin Akan Datangnya Pertolongan Allah

|


''Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Sehingga, Allahlah yang harus memberi rezeki kepadanya dan kepadamu, Dialah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.'' (QS Al Angkabut [29]: 60).

Betulkah ekonomi yang tak menentu sekarang ini yang menyebabkan 'penyakit' panik sangat mudah menyerang bangsa kita? Barangkali tidak, jika kita menyelam ke inti persoalannya, bahwa bukan semata-mata krisis ekonomi, melainkan kita umumnya tidak memiliki keyakinan. Karena tidak optimistis, kita menjadi gamang, marah, takut, dan khawatir yang berlebihan. Selanjutnya, tidak adanya keyakinan itu kadang mendorong kita nekat bertindak yang tak terhormat.

Tanpa keyakinan, manusia tak bisa hidup. Akan terus diselimuti keragu-raguan yang mematikan. Keraguan itu menjadi sebab dari ketidaktenangan hidup dan perasaan tidak aman. Maka, kita harus yakin bahwa kita hidup di dunia ini bukan kemauan kita sendiri. Bukan karena kemauan orang tua. Juga tidak atas usulan siapa pun juga. Kita lahir dan hidup di dunia ini karena kehendak Allah.

Karena lahir dan hidup atas kehendak-Nya, maka Dialah yang akan mengurus kita. Jika Allah telah menciptakan kita, maka Dia tentu yang memelihara kita. Keyakinan ini harus ditanamkan pada diri kita, agar tidak takut menghadapi kesulitan hidup. Bukankah kehidupan itu sendiri merupakan bagian dari ciptaan Allah?

Bagaimanapun hebatnya krisis, tak perlu takut dan khawatir kekurangan rezeki Allah. Yang menjamin rezeki kita selama ini bukan manusia atau negara. Melainkan Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang. Kepada-Nya kita meminta dan mohon bantuan serta perlindungan-Nya. Jika suatu persoalan diselesaikan dengan emosi, hasilnya pasti merugikan masyarakat dan diri sendiri. Bila kini kita diuji dengan krisis ekonomi, maka dengan modal keyakinan kita gerakkan seluruh potensi yang kita miliki untuk mengatasinya.

Memang diperlukan sedikit kesabaran, di samping kerja keras dari semua komponen di negeri ini. Jaga kesatuan dan persatuan, dengan itu kita bisa maju. Sebaliknya, jika kita terpecah dan saling menyalahkan kehancuran akan datang. ''Bersatu (jamaah) akan mendapatkan rahmat, dan berpecah belah mendapatkan bencana (azab).'' (HR Ahmad). Dan, siapa yang akan menyanggah janji Allah bahwa dia menjamin akan mengangkat setiap problem kita? ''Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.'' (QS Al Insyirah [94]: 5-6).

Ayat tersebut diulang sampai dua kali secara berturut-turut, yang maksudnya untuk menyakinkan kita bahwa bersama kesulitan itu ada solusi yang terbaik. Masihkan kita tidak yakin, masihkan kita gamang melihat hidup?



(A Zaenal Muttaqien )
Republika

Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana

Thursday, August 28, 2008 |

Aku memandang kalender yang terletak di meja dengan kesal. Sabtu, 30 Maret 2002, hari ulang tahun perkawinan kami yang ketiga. Dan untuk ketiga kalinya pula Aa’ lupa. Ulang tahun pertama, Aa’ lupa karena harus rapat dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa masalah keuangan perusahaan. Sebagai Direktur keuangan, Aa’ memang berkewajiban menyelesaikan masalah tersebut. Baiklah, aku maklum. Persoalan saat itu memang lumayan pelik.

Ulang tahun kedua, Aa’ harus keluar kota untuk melakukan presentasi. Kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah minta maaf, waktu aku menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut,” Dik, toh aku sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari itu tidak dirayakan kan tidak apa-apa. Cinta kan tidak butuh upacara…”

Sekarang, pagi-pagi ia sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen rapat. Ia pamit saat aku berada di kamar mandi. Aku memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik napas panjang.

Heran, apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku mendengus kesal. Aa’ memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah muda seperti yang sering kubayangkan saat sebelum aku menikah.

Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms saat ia keluar kota. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.

Aku tahu, kalau aku mencintai Aa’, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih romantis? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan. Aa’ jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam tiga tahun perkawinan kami. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat pergi berdua untuk makan malam di luar. Waktu luang biasanya dihabiskannya untuk tidur sepanjang hari. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan cuma bisa memandangnya mendengkur dengan manis di tempat tidur.

Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. Pekerjaan yang bertumpuk di tempat tugas kami masing-masing membuat kami bertemu di rumah dalam keadaan sama-sama letih dan mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah, beberapa kali kami bertengkar minggu ini.

Sebenarnya, hari ini aku sudah mengosongkan semua jadual kegiatanku. Aku ingin berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Mestinya, Sabtu ini ia libur. Tetapi, begitulah Aa’. Sulit sekali baginya meninggalkan pekerjaannya, bahkan pada akhir pekan seperti ini. Mungkin, karena kami belum mempunyai anak. Sehingga ia tidak merasa perlu untuk meluangkan waktu pada akhir pekan seperti ini.

”Hen, kamu yakin mau menerima lamaran A’ Ridwan?” Diah sahabatku menatapku heran. ”Kakakku itu enggak romantis, lho. Tidak seperti suami romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya bekerja keras. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris. Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya cuma kerja, kerja dan kerja…” Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu. Aa’ memang menanyakan kesediaanku untuk menerima lamaranku lewat Diah.

”Kamu kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu?” tanyaku sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. ”Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama A’ Ridwan.” Diah tertawa geli. ”Kamu belum tahu kakakku, sih!” Tetapi, apapun kata Diah, aku telah bertekad untuk menerima lamaran Aa’. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku.

Minggu-minggu pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, Aa’ berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat masa cutinya berakhir. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya… Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.

Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Aku izin ke rumah ibu. Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya. Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu. Tuh, kan. Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas smsku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku.

Aku langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati Riri adikku. Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.

”Kenapa Hen? Ada masalah dengan Ridwan?” Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu.

Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. ”Hen, mungkin semua ini salah Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah, Hen pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Ridwan? Ia suami yang baik. Setia, jujur dan pekerja keras. Ridwan itu tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua suami seperti dia, Hen. Banyak orang yang dizholimi suaminya. Na’udzubillah!” Kata Ibu.

Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. ”Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan istrinya, bu. Bukan cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya perlu ditengok sekali-sekali.” Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu.

Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Aa’? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak diragukan. Diah satu kantor dengannya. Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana Aa’ bersikap terhadap rekan-rekan wanitanya di kantor. Aa’ tidak pernah meladeni ajakan Anita yang tidak juga bosan menggoda dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian lawan jenis.

”Hen, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Ridwan yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…” Ibu berkata tenang.

Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Ranti, salah seorang sahabatku yang stres karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya karena dipukuli suaminya?

Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari agar ia dapat mengatur jadualnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kesibukannya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?

Aku segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya.

Makan malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran Aa’ lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, Aa’ belum pulang. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima smsnya. Maaf aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai. Makanan di meja sudah dingin. Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu.

Aku terbangun dengan kaget. Ya Allah, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di meja. Di sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. Aa’ tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya.

Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum.


Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Lewat kata yang tak sempat disampaikan

Awan kepada air yang menjadikannya tiada

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Dengan kata yang tak sempat diucapkan

Kayu kepada api yang menjadikannya abu. *



*dikutip dari Aku ingin mencintaimu dengan sederhana karya Sapardi Djoko Damono.

PIKIRAN

Wednesday, August 20, 2008 |


Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya, dengan gembira dia melompat-lompat menikmati kebebasannya. Di perjalanan dia bertemu dengan seekor belalang lain, namun dia keheranan mengapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.
Dengan penasaran dia menghampiri belalang lain itu dan bertanya, “Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh dariku, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia maupun ukuran tubuh?” Belalang itu menjawabnya dengan pertanyaan, “Di manakah kau tinggal selama ini? Semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang aku lakukan.” Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang telah membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.
Kadang-kadang kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah juga mengalami hal yang sama dengan belalang tersebut. Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan beruntun, perkataan teman, tradisi, dan kebiasaan bisa membuat kita terpenjara dalam kotak semu yang mementahkan potensi kita.
Lebih sering kita mempercayai mentah-mentah apa yang mereka voniskan kepada kita tanpa berpikir dalam-dalam bahwa apakah hal itu benar adanya atau benarkah kita selemah itu? Lebih parah lagi, kita acap kali lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri.
Tahukah Anda bahwa gajah yang sangat kuat bisa diikat hanya dengan seutas tali yang terikat pada sebilah pancang kecil? Gajah sudah akan merasa dirinya tidak bisa bebas jika ada “sesuatu” yang mengikat kakinya, padahal “sesuatu” itu bisa jadi hanya seutas tali kecil…
Pernahkah Anda bertanya kepada diri Anda sendiri bahwa Anda bisa “melompat lebih tinggi dan lebih jauh” kalau Anda mau menyingkirkan “penjara” itu? Tidakkah Anda ingin membebaskan diri agar Anda bisa mencapai sesuatu yang selama ini Anda anggap di luar batas kemampuan dan pemikiran Anda?
Sebagai manusia kita berkemampuan untuk berjuang, tidak menyerah begitu saja kepada apa yang kita alami. Karena itu, teruslah berusaha mencapai segala aspirasi positif yang ingin Anda capai. Sakit memang, lelah memang, tapi jika Anda sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar.
———————-
ayo meloncat lebih tinggi…
ayo pergi lebih jauh……..
ayo menyelam lebih dalam……..
ayo belajar hidup.

Hanya Sedetik

Wednesday, July 23, 2008 |

Beberapa hari yang lalu aku menerima telepon dari salah
seorang teman kuliahku yang sudah lama sekali tidak pernah
terdengar kabarnya. Pembicaraan yang semula mengenai
kegembiraan masa lalu dan acara wisuda yang baru saja ia lalui
berubah menjadi pembicaraan yang sangat menyentuh hati ketika
ia bercerita mengenai ayahnya.
Kesehatan ayahnya yang memburuk akhir-akhir ini membuat ia
harus menjalani rawat inap di rumah sakit. Karena penyakit
yang dideritanya, ayahnya menjadi susah tidur dan sering
berceloteh sendiri. Temanku yang sudah beberapa hari terakhir
tidak pernah tidur karena menjaga ayahnya menjadi jengkel dan
berkata dengan ketus pada ayahnya supaya ayahnya diam dan
tidur dengan tenang. Ayahnya menjawab bahwa ia juga sebenarnya
ingin beristirahat karena ia sudah lelah sekali, dan jika
temanku itu keberatan menemani dirinya, biarlah ia sendiri
menjalani perawatan di rumah sakit.
Setelah berkata demikian, ayahnya menjadi tidak sadarkan diri
dan harus menjalani perawatan di ICU (intensive care unit).
Temanku begitu menyesal atas kata-kata yang tidak selayaknya
keluar dari mulut seorang anak kepada ayahnya sendiri.
Temanku yang aku kenal sebagai orang yang tegar, menangis
tersedu-sedu di ujung pesawat teleponku. Ia berkata bahwa
mulai saat itu, setiap hari ia berdoa agar ayahnya sadar
kembali. Apapun yang ayahnya akan katakan dan perbuat pada
dirinya akan diterima dengan senang hati. Ia hanya berharap
pada Tuhan agar diberi kesempatan untuk memperbaiki
kesalahannya yang lalu, yang mungkin akan disesali seumur
hidupnya.......
Sering kali kita mengeluh ketika menemani atau menjaga orang
tua kita hanya dalam hitungan tahun, bulan, hari, jam, bahkan
dalam hitungan menit. Tapi pernahkah kita pikirkan bahwa orang
tua kita menemani dan menjaga kita seumur hidup kita dan
seumur hidup mereka. Sejak lahir hingga dewasa, bahkan hingga
tiba saatnya ajal menjemput, mereka selalu menyertai kita.
Ketika pada akhirnya mereka menghadap Sang Kuasa pun, seluruh
kenangan yang mereka tinggalkan selalu menyertai selama hidup
kita.
Bayangkan betapa hancur hati kedua orang tua kita oleh (hanya)
sepatah kata yang singkat, "tidak", yang keluar dari mulut
kita ketika mereka berusaha merengkuh kita dalam pelukan kasih
sayang sejati, yang justru sering kita lihat sebagai sesuatu
yang mengekang dan menahan kita untuk terbang bebas di
angkasa. Entah kata apa lagi yang paling tepat untuk
menggantikan kata "tangis" bila tiada lagi air mata yang
keluar dari kedua mata mereka, karena telah habis digunakan
untuk menyirami hari-hari dalam kehidupan kita agar terus
tumbuh dan menghasilkan bunga dan buah yang menyemarakan
hari-hari kelam dalam roda kehidupan yang terus berputar.
Kita dapat mulai berjanji pada diri masing-masing bahwa sejak
saat ini tiada lagi keluhan yang keluar dari mulut kita ketika
menemani dan menjaga kedua orang tua kita. Tiada lagi keluhan
yang keluar dari mulut kita ketika merasa meraka terlalu
memperlakukan kita seperti anak kecil. Percayalah, di luar
sana banyak orang yang tidak seberuntung kita yang mempunyai
orang tua, yang merindukan hal-hal yang kita keluhkan, tetapi
tidak pernah mereka dapatkan.
Sebenarnya, hanya sedetik waktu yang dibutuhkan untuk merenung
dan menyalakan lentera yang akan membimbing kita ke tempat di
mana kedamaian terpendam. Sekarang tinggal tergantung dari
diri kita sendiri, maukah kita meluangkan waktu yang sangat
singkat itu namun besar artinya untuk sepanjang perjalanan
hidup kita.

blogsticker

Tuesday, April 22, 2008 |

53f0ae0e6c24a570fc47b5f9a40cb66a

The Meaning Of Love

Sunday, February 10, 2008 |

Cinta tak pernah akan begitu indah jika tanpa persahabatan…..yang
satu selalu menjadi
penyebab yang lain dan
prosesnya…adalah irreversible……
Seorang pecinta yang terbaik adalah sahabat
yang terhebat.
Jika kamu mencintai seseorang, jangan berharap
bahwa seseorang itu akan
mencintai kamu persis sebaliknya dalam
kapasitas yang sama.
Satu diantara kalian akan memberikan lebih, yang
lain akan dirasa
kurang………..
Begitu juga dalam kasus. kamu yang mencari,
dan yang lain akan
menanti……
Jangan pernah takut untuk jatuh cinta….
mungkin akan begitu menyakitkan, dan mungkin
akan
menyebabkan kamu sakit dan menderita…..
tapi jika kamu tidak mengikuti kata hati, pada
akhirnya kamu akan menangis…….
jauh lebih pedih…karena saat itu menyadari
bahwa kamu tidak pernah memberi….cinta.itu
sebuah jalan.
Cinta bukan sekedar perasaan, tapi sebuah
komitmen….
Perasaan bisa datang dan pergi begitu saja……
Cinta tak harus berakhir bahagia…..
karena cinta tidak harus berakhir…..
Cinta sejati mendengar apa yang tidak
dikatakan….
dan mengerti apa yang tidak dijelaskan, sebab
cinta tidak datang dari bibir dan lidah atau
pikiran………
melainkan dari HATI.
Ketika kamu mencintai, jangan mengharapkan
apapun
sebagai imbalan,karena
jika kamu demikian, kamu bukan
mencintai,melainkan…..investasi.
Jika kamu mencintai, kamu harus siap untuk
menerima penderitaan.
Karena jika kamu mengharap kebahagiaan,kamu
bukan
mencintai….melainkan memanfaatkan.
Lebih baik kehilangan harga diri dan egomu
bersama seseorang yang kamu
cintai dari pada kehilangan seseorang yang kamu
cintai, karena egomu yang tak berguna itu……..
Bagaimana aku akan berkata ” SELAMAT
TINGGAL “….
kepada seseorang yang tidak pernah aku
miliki ???????
Kenapa tetes air mata jatuh demi seseorang yang
tidak pernah menjadi kepunyaanku ?????
Kenapa aku merindukan seseorang yang tidak
pernah
bersamaku dan kubertanya,
Kenapa aku mencintai seseorang yang cintanya
tidak pernah untukku ????
Sangat sulit bagi dua orang yang mencintai satu
sama lain ketika mereka
tinggal dalam dua dunia yang berbeda……….
Tapi ketika kedua dunia ini melebur dan menjadi
satu, itulah yang disebut KEAJAIBAN !!!!!
Jangan mencintai seseorang seperti
bunga,karena
bunga mati kala musim berganti,
Cintailah mereka seperti sungai, sebab
Sungai mengalir selamanya……..
Cinta mungkin akan meninggalkan hatimu
bagaikan kepingan2 kaca,
tapi tancapkan dalam pikiranmu, bahwa Ada
seseorang yang akan bersedia untuk
menambal lukamu dengan mengumpulkan
kembali pecahan2 kaca itu…..
Sehingga kamu akan menjadi utuh kembali……

BeeOS

Wednesday, January 9, 2008 |

akses camera
C++ Sample Universal Serial Bus CAM I...:

Sample Java Small Application...:

pesenan papet

Mini Penjadwalan Praktikum 1st learning